Randai Pengobat Rindu Anak Rantau
Foto: Dokumen Pribadi Mita |
Oleh: Mita Harianti
(Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta)
Ratusan massa memadati teras berlian di Mall Blok M Squarde, Jakarta Selatan. Mereka datang dari berbagai wilayah yang ada di sekitar Jabodetabek. Tujuan mereka datang ke sini adalah untuk menyaksikan kemegahan Festival Sumarak Minangkabau. Acara pesta budaya Sumatera Barat dan kuliner legendaris Minangkabau ini berlangsung selama tiga hari dan sabtu malam adalah malam puncaknya.
Festival Sumarak Minangkabau ini diadakan oleh salah satu paguyuban Minang yaitu Muda Mudi Minangkabau. Acara dihibur oleh penampilan berbagai artis Minang seperti Upiak Isil, Rahma Santika, dan Rayola. Terdapat juga bazar kuliner khas Minangkabau, tari tradisional, dan permainan tradisional yang salah satunya ialah randai.
Randai merupakan permainan anak nagari yang dimainkan secara berkelompok. Para pemain akan membuat lingkaran sesuai dengan intruksi tukang goreh (pemberi tanda/ aba-aba) dan irama dendang. Biasanya, cerita atau “kaba” akan disampaikan melalui nyanyian secara bergantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, drama, dan silat menjadi satu penampilan. Itulah yang membuat permainan tradisional ini sangat unik dan menarik.
Seperti halnya malam puncak Sumarak Minangkabau malam ini, randai turut merampas perhatian pengunjung. Pemain muncul dari balik layar menggunakan pakaian khas Minangkabau lengkap dengan penyanyi dan alat musiknya seperti gendang dan talempong. Alat musik dimainkan, pemain mulai membuka langkah dengan gerakan silat. Kemudian, membuat lingkaran untuk barandai dengan gerakan cepat serta tegas sembari bertepuk-tepuk tangan.
Setelah setengah permainan, dua pemain pun mulai bersilat bertarung dengan senjata tajam, keris. Penonton yang menyaksikan ikut berteriak karena takut saat melihat pemain yang memegang keris mencoba untuk menusuk lawan mainnya. Dalam permainan, pemain sempat keluar dari lingkaran sehingga hampir saja mengenai penonton. Namun, pemain mampu mengusai kembali kondisi sehingga cepat kembali ke lingkaran tempat mereka bermain.
Di samping itu, ada pemain lainnya yang menyampaikan cerita melalui drama. Mereka mendalami perannya masing-masing dalam randai. Setelah silat dan drama selesai, pemain kembali membentuk lingkaran dan barandai dengan gerakan yang lincah seperti sebelumnya. Kemudian, ditutup dengan gerakan silat dan satu-persatu kembali ke balik layar.
Tepuk tangan penonton memenuhi teras berlian Mall Blok M Square. Penampilan randai mampu mengobati rindu anak-anak rantau yang taragak pulang kampuang. Di Minang, tradisi randai ini masih sering dipertunjukkan pada saat acara baralek atau resepsi pernikahan dan acara lainnya. Randai menjadi salah satu warisan budaya Minangkabau yang harus terus dijaga dan dilestarikan.*
Tidak ada komentar